Pekerjaan di ketinggian merupakan aspek kritis dalam industri konstruksi dan pemeliharaan bangunan modern. Dalam konteks di neggara kita, Indonesia, ada dua jenis tenaga kerja yang terlibat dalam pekerjaan di ketinggian, yaitu Tenaga Kerja Pada Ketinggian (TKPK) dan Tenaga Kerja Bangunan Tinggi (TKBT). Meskipun keduanya terlibat dalam pekerjaan di ketinggian, perbedaan mendasar terletak pada metode akses, jenis pekerjaan, pelatihan yang diperlukan, dan risiko keselamatan yang dihadapi. Simak penjelasan lengkapnya di bawah ini!
Perbedaan Metode Akses: Tali dan Struktur
Pertama-tama, perbedaan utama antara TKPK dan TKBT adalah metode akses yang digunakan. TKPK menggunakan akses tali, di mana pekerja bergantung pada tali dan kadang-kadang berpijak serta bertumpu pada struktur untuk menjaga keseimbangan tubuh saat bekerja di ketinggian. Sebaliknya, TKBT menggunakan akses struktur, dengan pekerja bertumpu pada struktur yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Jenis Pekerjaan di Ketinggian: Rope Access dan Lifeline System
Perbedaan jenis pekerjaan yang dilakukan oleh TKPK dan TKBT mencakup pekerjaan vertikal, horizontal, dan diagonal. TKPK, dengan metode akses tali, biasanya terlibat dalam pekerjaan seperti pembersihan kaca gedung, pengecatan cerobong, dan pemeliharaan bangunan lainnya. Di sisi lain, TKBT, yang menggunakan akses struktur, terlibat dalam pekerjaan seperti bekerja di rig, naik tower, bekerja di scaffolding, dan menggunakan gondola.
Perbedaan ini juga mencirikan perbedaan dalam penggunaan Alat Pelindung Diri (APD). TKPK lebih mengandalkan rope access sebagai pelindungnya, sementara TKBT mengandalkan lifeline system seperti vertical lifeline system dan horizontal lifeline system.
Pelatihan Khusus: Tingkatan dan Kualifikasi
Pelatihan menjadi aspek kunci dalam memastikan keselamatan para pekerja di ketinggian. Untuk menjadi TKPK, seseorang harus memenuhi persyaratan tertentu dan mendapatkan sertifikat khusus. Pelatihan TKPK dibagi menjadi tiga tingkatan, yaitu TKPK Tingkat I, TKPK Tingkat II, dan TKPK Tingkat III. Hal ini mencakup pemahaman mendalam tentang penggunaan tali, teknik penyelamatan, dan penanganan darurat di ketinggian.
Di sisi lain, untuk menjadi TKBT, seorang individu harus memiliki kualifikasi dalam bidang konstruksi, seperti arsitektur atau teknik sipil. Pelatihan TKBT dibagi menjadi dua tingkatan, yaitu TKBT I dan TKBT II. Ini mencakup pengetahuan tentang struktur bangunan, penggunaan peralatan konstruksi, dan aspek keamanan kerja di ketinggian.
Risiko Keselamatan: Tanggung Jawab dan SOP
TKPK dan TKBT sama-sama menghadapi risiko tinggi terkait keselamatan. Meskipun media, akses, dan lantai kerjanya berbeda, keduanya memiliki tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan dengan aman dan efisien di ketinggian. Pekerja harus memahami peralatan dan teknologi yang digunakan serta memastikan bahwa mereka mematuhi semua Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berkaitan dengan pekerjaan di ketinggian.
Jadi, dalam menghadapi kompleksitas pekerjaan di ketinggian, penting untuk memahami perbedaan antara TKPK dan TKBT. Dengan memahami perbedaan ini, pihak terkait dapat mengambil langkah-langkah yang sesuai untuk memastikan keselamatan, kualitas pekerjaan, dan kepatuhan terhadap regulasi di industri konstruksi dan pemeliharaan bangunan. Pendidikan dan pelatihan yang terus-menerus menjadi kunci dalam meminimalkan risiko dan menciptakan lingkungan kerja yang aman di ketinggian.
Image source: https://advancedct.com/the-safety-dos-and-donts-of-working-at-height/